DI RUANG TUNGGU

DI RUANG TUNGGU


Apa benar bahwa napas hanyalah penantian?
Mereka bilang hidup itu sebuah ruang tunggu.
Bila waktunya tiba, akan gegas kau berangkat.

Mimpi-mimpi mungkin tak berarti di atas awan.
Hanya mampu mendamaikan hati
kala mata memandang laut,
pun mempersingkat ziarah.

Aku bingung.
Mana harapan yang paling luhur:
kebahagiaan atau keabadian?
Sementara aku sedang dalam rencana untuk berangkat.

Orang-orang saling berkisah di bandara.
Mencocokan alur derita yang sama,
atau mencari aman dari remuk sesama.

Ada padang gurun pada mata mereka.
Oh, mata air yang kering.
Tebing pipi yang tegas.
Bibir bergetar sebab aral terlampau besar.

Wahai bumi, apakah kau lelah memikul manusia?
Jika kau menolak, apakah tangan-Nya menerima?
Mereka tak lagi ingin berpijak.
Mungkin melayang seperti kecanduan adalah pelarian.

Hujan di luar sana, gemuruh hingga ke dalam.
Rinai bersama dengan keluh kesah.
Dan aku masih duduk dengan selembar tiket di tangan.
Ransel tak penuh muatan.

Hati menimbang bimbang.
Menunda mungkin lebih baik daripada membatalkan, pikirku.
Toh, pada akhirnya aku akan kembali lagi untuk menanti.

Dan aku pun bergerak menuju pintu keluar,
dari mimpiku,
di atas awan.

Detukeli, 21 April 2022
Dede Beo

#puisi #prosa #ruangtunggu #bandara #penantian #waktu #mimpi #awan #kata #sabda

Comments

Popular posts from this blog

The love of Jesus, My Kuya and Best Friend

GEMBALA YANG SELALU TERSENYUM

The foreigner and the stranger